Jumat, 07 Januari 2011

Psikologi Belajar : Masalah - masalah Belajar

MASALAH MASALAH BELAJAR

            Tugas seorang guru adalah membelajarkan siswa. Hal ini bahwa bila guru bertindak mengajar ,maka siswa diharapkan berajar atau belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar disekolah ditemukan hal-hal berikut. Guru telah mengajar dengan baik. Ada siswa belajar giat. Ada siswa pura-pura belajar. Ada siswa belajar setengah hati. Bahkan ada siswa yang tidak belajar. Guru bingung menghadapi keadaan siswa. Guru tersebut berkonsultasi dengan konselor sekolah. Kedua petugas pendidikan tersebut menemukan adanya masalah-masalah yang dialami siswa. Ada masalah yang dapat dipecahkan oleh konselor sekolah. Ada juga masalah yang harus di konsultasikan dengan ahli psikolog. Guru menyadari bahwa dalam tugas pembelajaran ternyata ada masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh siswa. Bahkan guru memahami bahwa lingukngan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-masalah belajar.

            Guru profesional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia menemukan bahwa ada bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar. Ada siswa yang tidak belajar karena dimarahi oleh orang tua. Ada siswa enggan belajar karena pindah tempat tinggal. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian waktu guru mengajar topik tertentu. Ada juga siswa yang belajar dengan giat karena ia bercita-cita menjadi seorang ahli. Beracam-macam keadaan siswa tersebut menggabarkan bahwa pengethauan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru dan calon guru.

A. Masalah – Masalah Intern Belajar

            Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan
Oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenan dengan bahan belajar. Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajar juga tergantung pada kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar ,dan siswa krang mampu , maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama. Sebaliknya jika proses belajar mudah,maka proses belajar memakan waktu singkat. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar.
           
Pada kegiatan belajar mengajar disekolah ditemukan dua subjek, yaitu siswa dan guru. Dalam kegiatan belajar, siswalah yang memegang peranan penting. Dalam proses belajar ditemukan tiap tahap penting, yaitu (1) Sebelum belajar. Hal ini yang berpengaruh pada belajar ,menurut Biggs & Telfer dan Winkel, adalah ciri khas pribadi, minat, kecakapan, pengalaman, dan keinginan belajar. (2) Proses belajar, yaitu semua kegiatan yang diaami dan dihayati oleh siswa sendiri . (3) Sesudah Belajar, merupakan tahap untuk hasil proses belajar. (4) Proses belajar, merupakan kegiatan mental mengolah pada bahan belajar atau pengalaman yang lain. (5) Proses belajar yang berhubungan dengan bahan belajar tersebut, dapat diamali oleh guru, dan umumnya dikenal sebagai aktivitas belajar siswa.
            Guru adalah pendidik yang membelajarkan siswa. Dalam usaha pembelajaran siswa, makan guru melakukan (6) Pengorganisasian belajar, (7) Penyajian bahan belajar dengan pendekatan pembelajaran tertentu dan (8) Melakukan evaluasi hasil belajar.
           
Proses belajar merupakan yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa belajar menghadapi masalah-masalah secara inetrn. Jika siswa tidak dapat menghadapi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor Intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut :

1. Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan trjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan. Sikap menerima, menolak ataupun mengabaikan sesuatu kesempatan belajar urusan pribadi siswa. Oleh karena itu siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.

2. Motivasi Belajar
           
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi dapat melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Agar siswa dapat memeliki motivasi belajar yang kuat pada tempatnya diciptakan suasana yang menggembirakan.

3. Konsentrasi Belajar
           
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perl menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta istirahat. Dalam pelajaran klasikal menurut Rooijakker, kekuatan perhataian selama 30menit  telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberkan istirahat selingan selama beberapa menit.

4. Mengolah Bahan Belajar
           
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa utnuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan .nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran.

5. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
           
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun,bahkan sepanjang hayat. Biggs dan Telfer menjelaskan proses belajar diranah kogintif tentang hal pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan kembali pesan.
3
Proses Pengolahan

Proses Berkesadaran
Memiliki Tugas
Latihan Menggunakan
Menarik Kesimpulan
Unjuk Hasil
4
Proses Penyimpanan

Ingatan Jangka panjang
Penghayatan
Latihan ulang

1
Proses Penerimaan

Perhatian
Seleksi
Pengkodean


2
Proses Pengaktifan

Penguatan Pesan baru
Pembangkitan Pesan dan
Pengalaman lama

5
Pemanggilan



 






Dari Bagan diatas diketahui bahwa proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, penyimpanan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti bahwa semua proses terebut berjalan lancar. Ada siswa yang mengalami kesukaran dalam proses penerimaan, akibatnya, proses-proses penguatan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan akan terganggu. Ada siswa yang mengalami kesukaran dalam proses penyimpanan. Akibatnya proses penggunaan hasil belajar akan terganggu . Adanya gangguan dalam kelima proses tersebut, baik sendiri-sendiri atau gabungan, akan menghasilkan hasil belajar yang kurang baik.

6. Menggali Hasul Belajar yang Tersimpan
           
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama. Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud (i) trensfer belajar atau (ii) untuk prestasi belajar.
           
Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan,pengolahan, dan penyimpanan. Jika siswa tidak berlatih sungguh-sungguh,maka siswa tidak berketerampilan (intelektual, sosial, moral, dan jasmani).

7. Kemampuan Berprestasi atau Unjuk Hasil Belajar

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.

1. Konsentrasi        2.Memgolah       3.Menyimpan          4.Menggali      5.Berprestasi 


        

        Keluar                   Keluar                                                               Lupa

Dari bagan diatas melukiskan suatu proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa. Proses tersebut yaitu (1) Pebelajar melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar,pemusatan tersebut dapat menurun karena lelah sehingga bahan ajar yang keluar dan tak terterima. (2) Pembelajar mengolah bahan ajar yang terterima. (3) Apa yang terolah akan disimpan,tetapi ada bagian yang keluar. Dengan demikian siswa menyimpan bagian bahan ajar yang terolah baik. (4) Dalam menghadapi tugas-tugas belajar lanjut, maka siswa akan menggali pengetahuan dan pengalaman belajar yang tersimpan. (5) Pebelajar menggunakan pesan pesan yang telah dipelajari untuk berprsetasi. Hal ni menunjukan bahwa proses berkonsentrasi dan pengolahan pesan dapat dipertinggi mutunya.

8. Rasa Percaya Diri
           
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat. Gejala ini merupakan masalah pembelajaran diri yang musykil.

9. Inetelegansi dan Keberhasilan Belajar
           
Menurut Wechler (Monks & Knoers, Siti Rahayu Hadianto) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Intelegensi normal bila nilai IQ menunjukan angka 85-115. Diduga 70% penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang ber IQ dibawah 70% diduga sebesar 15% penduduk, dan yang ber IQ 115-145 sebesar 15%. Yang ber IQ 130-145 hanya sebesar 2% penduduk. Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan dibawah normal.

10. Kebiasaan Belajar
           
Dalam kegatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang urang baik. Kebiasaan belajar anatara lain : (i) belajar pada akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) datang terlambat bergaya pemimpin, (vi) bergaya antan seperti merokok,sok menggurui teman lain, (vii) bergaya minta belas kasihan tanpa belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa.

11. Cita-cita Siswa
           
Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita cita dalam hidup.      Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya siswa hanya berperilaku ikut-ikutan. Cita-cita intrinsik perlu dididikan. Didikkan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

B. Faktor – Faktor Ekstern Belajar

            Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila proses pembelajaran disusun dengan baik. Faktor – faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut :

1. Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar
           
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya tetapi menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik ia memusatkan pada kepribadian siswa ,khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar.
           
Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi guru bidang studi tertentu. Sebagai seorang diri ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan hidup sebagai manusia.Dengan penghasilan yang diterimanya tiap bulan ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi guru. Ada perilaku norma, nilai, sub kebudayaan lokal yang masih harus dipelajari oleh guru yang bersangkutan. Disatu pihak, guru mempelajari perilaku budaya wilayah tempat tinggal bertugas. Di lain pihak, pada tempatnya warga masyarakat perlu memahami dan menerima guru sebagai pribadi yang sedang tumbuh. Guru adalah seorang yang belum sempurna.
            Guru juga menumbuhkan diri secara profesional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Hal-hal yang dipelajari oleh setiap guru adalah:
  1. Memiliki integritas moral kepribadian
  2. Memiliki integrasi intelektual berorientasi kebenaran
  3. Memiliki integrasi religius dalam konteks pergaulan masyarakat majemuk
  4. Mempertinggi mutu keahlian bidang studi dengan ilmu pengetahuan , teknologi dan seni.
  5. Memahami, menghayati, dan mengamalkan etika profesi guru
  6. Bergabung dengan asosiasi profesi, serta ;
  7. Mengakui dan menghormati martamabt siswa sebagai klient guru

Mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa tersebut meliputi hal –hal berikut :
  1. Pembangunan hubungan baik dengan siswa
  2. Menggairahkan minat, perhatian, dan memperkuat motivasi belajar
  3. Mengorganisasi belajar
  4. Melaksanakan pembelajaran secara tepat
  5. Mengevaluasihasil belajar secara jujur dan objektif
  6. Melaporkan hasil belajar siswa kepada orang tua siswa yang berguna bagi orientasi masa depan siswa.

2. Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
           
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, bacaan belajar, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pembelajaran lainnya. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Prasarana dan sarana proses belajar adalah barang mahal.
           
Barang-barang tersebut dibeli dengan uang pemerintah dan masyarakat. Maksaud pembelian tersebut adalah intuk epermudah siswa belajar. Dengan tersedianya prasarana belajar berarti menuntut guru dan siswa untuk menggunakannya.
Peran Guru adalah :
1. memelihara, mengatur prasarana untuk menciptakan suasana belajar menggembirakan
2. memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi pada keberhasilan siswa belajar.
3. Mengorganisasi belaara siswa sesuai dengan prasarana dan sarana secara tepat guna.

Peran siswa sebagai berikut :
1. ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara baik
2. ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan prasarana dan sarana secara tepat guna.
3. menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam rangka pencerdasan kehidupan generasi muda bangsa.

3. Kebijakan Penilaian
           
Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau untuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja siswa tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang dimaksud adalah penentuan sebagai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain.
           
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah sswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dari siswa, hasil belajar merupakan “tingkat pra-belajar” . “Tingkat perkembangan mental” tersebut terkait dengan bahan pelajaran. Secara menyeluruh proses belajar berjalan dalam beberapa tahun sesuai dengan jenjang sekolah.
           
Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru , tingkat sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut , seorang siswa yang keluar dapat digolongkan lulus atau tidak lulus. Keputusan tentang hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara kejiwaan siswa terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu sekolah dan guru diminta berlaku arif dan bijak dala menyampaikan keputusan hasil belajar.

4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah
           
Siswa-siswa disekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peran tertentu.
           
Tiap siswa berada dalam lingkungan tersebut sosial siswa disekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Pengaruh lingkungan sosial tersebut berupa hal-hal berikut :
1. Pengaruh kejiwaan yang bersifat mnerima atau menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi belajar.
2. Lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun dan damai atau dalam keadaan sebaliknya yaitu keadaan perselisihan yang berakibat saling menyalahkan dsb.
3. Lingkungan sosial siswa di sekolah atau juga dikelas dapat berpengaruh pada proses belajar siswa.

5. Kurikulum Sekolah
           
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suau kurikulum. Kurikulum yang di berlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.
           
Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Kemajuan masyarakat didasarkan suatu rencana pembangunan lima tahunan yang dinerlakukan oleh pemerintah. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah-masalah yaitu :
1. Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah
2. Isi pendidikan berubah
3. Kegiatan belajar mengajar berubah
4. Evaluasi berubah
            Perubahan kurikulum tidak hanya menimbulkan masalah bagi guru dan siswa, tetapi juga petugas pendidikan dan orang tua siswa.

C. Cara Menentukan Masalah-Masalah Belajar
           
Program pembelajaran merupakan hal yang kompleks. Kekompleksan itu terentang dari : (i) konstruksi kurikulum dan pemberlakuan kurikulum dari sekolah, (ii) tugas guru menyusun, melaksanankan, dan mengevaluasi program pembelajaran, (iii) Peran siswa dalam proses belajar yang sesaui kurikulum yang berlaku.
            Belajar disekolah terkait dengan hal. Dalam bertindak belajar, siswa berhubungan denga guru, bahan belajar, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman , dan tata kerja evaluasi belajar. Disamping itu siswa secara intern menghadapi disiplin, kebiasaan, dan semangat belajarnya sendiri.
            Siswa yang belajar disekolah merupakan akibat dari program pembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar. Dengan demikian sebagai generasi muda bangsa guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh siswa.

1. Pengamatan Perilaku Siswa

            Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Guru bertindak menjelaskan, siswa bertindak belajar. Tindakan belajar tersebut dilakukan oleh siswa. Dengan kata lain perilaku beajar merupakan “gejala belajar” menurut pengamat. Sedangkan tindak belajar atau proses belajar merupakan “gejala belajar” yang dialami dan dihayati oleh siswa.

            Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut :

1. Menyususn rencana pengamatan, seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri, atau yang lain.
2. Memilih siapa yang akan diamati, meliputi beberapa orang siswa.
3. Menentukan berapa lama berlangsungya pengamatan, seperti dua,tiga, atau empat bulan.
4.Menentukan hal-hal yang akan diamati ,seperti cara siswa membaca , cara menggunakan media belajar, prosedur ,dan cara proses belajar sesuatu.
5. Menafsirkan hasil pengamatan.

2. Analisis Hasil Belajar

            Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian yang berwujud karya atau benda. Bagi guru hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak untuk mengajar dan evaluasi. Bagi siswa hasil belaar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

            Analisis hasil belajar siswa merupakan pekerjaan khusus. Hal ini pada tempatnya dikuasai dan dikerjakan oleh guru. Dalam melakukan analisis belajar pada tempatnya guru melakukan langkah-langkah :
1. Merencanakan analisis sejak awal semester.
2. Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar.
3. Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi.
4. Mengumpulkan hasil belajar siswa
5.Melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan mengategori karya-karya yang tidak bisa di angkakan.
6. Mempertibangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa.
7. Mempertibangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas
8. Memperhatikan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh dalam belajar.
9. Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester.

3. Tes Hasil Belajar

            Pada penggal hasil belajar dilancarkan tes hasil belajar. Adapun jenis yang digunakan uunya digolongkan sebagai tes lisan dan tes tertulis.Tes Lisan memiliki kelebihan, yaitu (i) penguji dapat menyesuaikan bahasa dengan tingkat daya tangkap siswa, (ii) pengui dapat mengejar penguasaan siswa tentang pokok bahasan tertentu, (iii) siswa dapat melengkapi jawaban tes lebih leluasa. Kelemahannya adalah (i) penguji dapat terjerumus pada kesan subjektif atasa perilaku siswa, (ii) memerlukan waktu yang lama.

            Tes tertulis memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah (i) penguji dapat menguji banyak siswa dalam waktu terbatas, (ii) objektivitas pengerjaan terjamin dan mudah diawasi, (iii) penguji dapat menyusun soal-soal yang merata pada tiap pokok bahasan, (iv) penguji dengan mudah dapat menentukan standar penilaian, (v) dalam pengerjaan, siswa dapat memilih menjawab urutan soal sesuai kemampuannya. Kelemahannya adalah (i) penguji tidak sempat memperoleh penjelasan tentang jawaban siswa, (ii) rumusan pertanyaan yang tak jelas menyulitkan siswa, (iii) dalam pemeriksaan dapat terjadi subjektivitas penguji.

            Tes esai memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah (i) penguji dapat menilai dan meneliti kemampuan siswa bernalar, dan (ii) bila cara memberi angka ada kriteria jelas maka dapat menghasilkan data objektif. Kelemahannya adalah (i) objektivitas pengerjaan dan pebinaan sukar dilakukan.

            Tes objektif memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah (i) penguji dapat membuat soal yang banyak dan meliputi semua pokok bahasan, (ii) pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan tepat, (iii) siswa tak dapat berspekulasi dalam belajar, serta (iv) siswa yang tak pandai menjelaskan dengan bahasa yang tidak terhambat. Kelemahannya adalah (i) kemampuan siswa bernalar tidak tertangkap, (ii) menyusun tes memakan waktu lama (iii) memakan dana besar, (iv) siswa yang pandai menerka jawaban dapat keberuntungan,dan (v) pengarsipan soal sukar dan memungkinkan kebocoran.

            Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa. Meskipun demikian keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Artinya, testertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik tertentu. Tes belajar dapat digunakan untuk (i) menilai kemajuan belajar, (ii) mencari masalah-masalah dalam belajar. Untuk mencari masalah-masalah dalam belajar, sebaiknya penyusun tes adalah tim guru bersama-sama konselor sekolah. Oleh karena itu, pada tempatnya guru profesional memiliki kemampuan melakukan penelitian secara sederhana. (Winkel, 1991 ; Biggs & Telfer, 1987.)


                           

                                                                                                    




Daftar Pustaka

Bigss , Jhon B. & Telfer, Ross. 1987. The Process of Learning.
            Sydney : Prentice-Hall of Australia Ltd.

Leftrancois, Guy R. 1985. Physcology for Teaching. Belmont
California : Wadsworth Pub. Co

Monks, pj., AMP, Siti Rahayyu Haditono. 1989. Psikologi
            Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Rooijakers, Ad.. 1990. Mengejar Dengan Sukses. Jakarta : Gramedia.

Semiawan, Conny, (et.al). 1987. Pendekatan Keterampilan Proses.
            Jakarta : Gramedia.

Winkel, WS. 1991. Psioklogi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar